Jumat, 25 Agustus 2017

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Modern Al-Amanah


Pesantren Modern  al-Amanah  kami rintis dari sebuah “cita-cita” yang nyaris disebut “mimpi” karena kami tak memiliki bekal apapun,kecuali “keyakinan dan semangat”. Beberapa langkah awal yang kami lakukan:
a. Mencari informasi sebanyak-banyak tentang pesantren. Maka kami kunjungi banyakpesantren, dari pesantren-pesantren besar seperti Gontor, Asy-Syafiiyah Situbondo, Lirboyo, Ploso, sapai pesantren yang tinggal puiang-puing. Dan kami kumpulkan buku yang berbicara tentang pesantren.
b. Menyiapkan beberapa kader, yang kelak akan kami jadikan teman untuk mulai membangun danmerintis pesantren.
c. Terus meningkatkan kemampuan dengan banyak membaca dan mengoleksi banyak buku .
Pertama kali kami terjun di desa “Mojosantren”,sebuah desa  yang dahulu terkenal sebagai desa santri yang kemudian mengalami pergeseran karena “industri”. Kami tertantang untuk mencobamengembalikan masa lalu sebagai desa santri. Kami yakin bisa dengan beberapapertibangan :
a. Banyaktokoh yang menginginkan
b. Potensikeuangan yang luar biasa dengan adanya home industri sepatu, dimana tiap hariribuan pekerja mencari rizki di pedukuhan ini.
Beberapa langkah yang kami lakukan :
a. Mengadakananeka kegiatan, diskusi, pengajian, kajian dengan aneka lapisan masyarakat.
b. Mengumpulkanpara tokoh dan sesepuh dan pemilik perusaahaan, untuk menyampaikan rencana kami.
Gagasan kami mendapat sambutan luar biasa, baik dari kaum muda, sesepuh dan para pengusaha hingga dalam waktu singkat “suasana keagamaan” begitu terasa. Gedung yang kami rencana juga dimulai, sumbangan dari tokoh masyarakat mengalir lancar. Dalam waktu singkat, lantai pertama hampirselesai dari dua lantai.
Tak terduga, ada “perbedaan” cara dalam mengembangkan pesantren dan membangun pesantren yang kemudian menimbulkan“salah paham”. Akibatnya sebagian besar masyarakat “marah”, dan memutuskandukungan, hingga bangunan tidak bisa dilanjutkan. Setahun kami menunggu,masyarakat tak mau lagi meneruskan. Akhirnya dengan kekecewaan yang luar biasakami “hijrah” di desa Junwangi, hanya 1 km dari mojosantren dengan mengikutialiran sungai.
Sebenarnya kami tak langsung masuk desaJunwangi, beberapa desa kami “coba”, beberapa rumah kami lihat, tapi kurangcocok. Desa Junwangi, adalah yang tidak sengaja,mungkin Alloh SWT. Sendiri yangmenunjukkan.
Kegagalan di Mojosantren memang amat pahit, tapikami terus mempelajari. Di Junwangi kami menggunakan cara yang lain. Apalagi keadaan Junwangi berbeda dengan mojosantren. Junwangi adalah desa yang belumtersentuh da’wah, hingga kebiasaan melakukan aneka judi, minuman keras masihterjadi. Satu mushola kecil di pedukuhan tempat kami tinggal tak ada jamaahnyakeculi pemilik musholla dan seorang putranya.
Langkah kami adalah sbb :
a. Mengalir,mengikuti kegiatan masyarakat, khususnya kaum muda dengan harapan merekamenerima kehadiran kami seperti ; catur, remi, cangkrukkan dll.
b. Pelan-pelankami memberi teladan, misalnya ketika masuk waktu shalat kami dengan isteriberangkat ke mushalla.
c. Kamiberusaha menghidupkan mushalla pedukuhan, dengan jamaah, pengajian danmembangun.
Pesantren Modern  al-Amanah  mulai kami rintis setelah mushalla kampung berjalan, jamaah lima waktu terlaksana dengan baik. Di rumahkontrak kami mengajar mengaji anak-anak kecil, mulai dhuhur hingga larut malamtiap hari. Anak yang mengaji bertambah banyak, cita-cita makin kuat, keyakinankami makin sempurna.
Tanah wakaf dari ibu Kamsini menambah kuatnyasemangat. Rumah tetap kontrak, tanah wakaf mulai kami pondasi. Berbeda dengandi Mojosantren, di Junwangi kami merintis sendiri tidak banyak melibatkan oranglain. Ternyata tidak mudah, setahun hanya berupa pondasi, tak mampu meneruskan.
Baru tahun 1992 kami sempurnakan, dan bulanagustus 1992 KH. Shaleh Qasim kita rawuhkan  untuk berdoa dalam acarapenting itu. Saat itu baru ada dua santri mukim dari desa tetangga, selebihnyaputra-putri anak tetangga.
Rintangan silih berganti, ujian terus kamihadapi, hal-hal sulit terus  bermunculan, tapi pelajaran yang Allohberikan ketika di Mojosantren meneguhkan kami untuk terus maju. Danalhamdulillah, terus berkembang, al-Amanah mulai menjadi alternative masyarakatuntuk mencari pendidikan formal dan pesantren. 


0 komentar:

Posting Komentar